Semenjak
Herawati dan suami ditolong dan tinggal bersama di suatu desa dengan Bapak Tua
yang sudah dianggap seperti keluarga itu, Wati panggilannya sehari-hari,
diajarkan berbagai ilmu-ilmu kuasa kegelapan oleh Bapak tersebut. Hingga diusia
19 tahun, Wati sudah terbiasa dengan ilmu kebatinan dan kesembuhan. Dengan ilmu
yang ada dalam dirinya Wati dapat menyembuhkan orang-orang dari segala penyakit.
Kesaktian
dari ilmu yang dimiliki Wati membuatnya terkenal, hingga ia pun dijuluki dukun
sakti di desa tempat tinggalnya. Sang suami turut bangga kepada istrinya karena
melihat sang istri dapat membantu dan menyembuhkan orang-orang sakit. Wati pun
sangat menikmati serta bangga kepada dirinya. Dirinya menjadi terkenal dan
dihargai di desa tersebut. Hingga suatu ketika, ia mendapatkan keluhan dari
keluarga pasien yang sempat diobati olehnya meninggal dunia. Wati pun kaget, kecewa
dan merasa gagal tidak dapat menyembuhkan pasien tersebut, seketika ia tidak merasakan kepuasan lagi seperti sebelumnya.
Lalu ia
datang kembali ke Bapak Tua tersebut dan diajarilah ia dengan ilmu hitam yakni
ilmu pelet, dimana ia diharuskan untuk bertapa selama tiga hari tiga malam
tanpa makan dan minum. Bapak tua tersebut berpesan kepadanya untuk terus
mengadakan ritual supaya ilmu pelet yang ada dalam diri Wati tidak hilang. Wati
pun menjalankan perintah dari Bapak Tua tersebut dan perubahan dalam dirinya
pun terlihat. Menurut suami, perubahan pertama yang terlihat adalah Wati menjadi suka bersolek, berdandan dengan menggunakan riasan diwajahnya.
Selain Wati
yang sekarang menjadi suka berdandan, hari demi hari sang suami pun mengeluhkan
istrinya yang terlalu sibuk dengan tugas ritual serta sibuk mengurusi
pasiennya. Wati menjadi tidak perhatian lagi dengan suami dan anaknya. Tugasnya
sebagai istri dan ibu ia lalaikan. Sang suami pun menilai istrinya sudah tidak
seperti dulu dan sudah berubah semenjak ia mempelajari ilmu pelet dari Bapak
Tua itu. Namun hal itu berbeda disisi Wati. Wati jauh lebih terlihat percaya
diri, mempesona, dan menjadi pusat perhatian tiap kali ia keluar rumah. Beberapa
warga pun memuji kecantikannya, hingga sang suami pun cemburu melihat istrinya yang menjadi sorotan para lelaki.
Percekcokan
pun dialami pasangan ini, tiada hari tanpa pertengkaran. Wati pun meminta
kepada suaminya untuk menceraikan dirinya. Tapi sang suami menolakknya, ia
lebih memikirkan keutuhan rumah tangganya juga masa depan anaknya kelak.
Walaupun demikian, Wati enggan meninggalkan rutinitas ritualnya dan lebih
memilih untuk meninggalkan keluarganya. Pada suatu ketika, Wati mendapati
anaknya sakit dan selama dua minggu ia merawatnya dan meninggalkan rutinitas
ritualnya. Ia pun fokus merawatnya dan berusaha menyembuhkan anaknya. Namun, ia
menyadari bahwa pada saat itu ia tidak dapat menyembuhkan anaknya dengan ilmu
yang dimilikinya. Dengan segera Wati membawa anaknya ke dokter untuk mendapatkan pertolongan secepat mungkin.
Beberapa
waktu setelah anaknya sembuh, Wati kembali dengan rutinitas ritualnya. Ketika
ia hendak keluar rumah, ia melihat salah satu tetangganya menghindari dirinya
dengan raut muka takut. Hingga saat berada di pangkalan ojek dekat rumahnya,
Wati menjadi bahan tertawa oleh dua tukang ojek. Mereka menertawai penampilan
Wati yang aneh dengan riasan tebal diwajahnya. Wati pun tampak bingung apa yang
sebenarnya terjadi pada dirinya. Ia pun kembali ke rumah dan berkaca. Ia
mendapati bahwa wajahnya sangat penuh dengan riasan makeup yang tebal dan ia
pun bersedih bertanya dalam hati kenapa ia bisa seperti ini. Pada hari itu
juga, Wati menyadari dan matanya pun terbuka bahwa ilmu yang dimiliki
membuatnya terhina didepan umum dan membuat dirinya tidak dihargai oleh orang lain.
Beberapa
tahun kemudian tepatnya tahun 2011, Wati mengalami pertobatan. Imannya
dibukakan berkat siraman rohani yang ia lihat dalam acara televisi. “Pas saya
melihat acara itu dan pendeta mulai berbicara, ia berkata tentang iman yang
tidak pernah dijaga, itu akan membuat kita jauh dari Tuhan,” Wati pun sadar
bahwa ia telah menduakan Tuhan, ia pun merenungkan kehidupan lamanya yang penuh
dosa-dosa dan tinggal dalam lingkaran kuasa kegelapan. Ia pun meminta maaf kepada sang suami atas perilaku yang tidak mempedulikan keluarganya.
Namun,
tidak gampang Wati dapat terbebaskan dari jerat tali kegelapannya. Ia masih
dibayangi oleh masa lalunya. Keluarganya pun diteror, Wati selalu bermimpi
buruk dan terbangun ditengah malam, sedangkan sang anak juga dilanda ketakutan
karena diganggu oleh bayangan hitam. Kendati demikian, Wati tetap berteguh pada
imannya dan tetap berkeinginan untuk terlepas dari kehidupan kelamnya. Ia pun semakin mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan mengikuti ibadah pelepasan.
Saat dalam
ibadah, Wati pun bertobat, mengalami pengurapan dan pelepasan dirinya. Hingga akhirnya
Roh Allah pun mengurapinya dan menyembuhkannya, “Saya berkata, Tuhan Engkau
ajaib, Tuhan Engkau mulia Tuhan, Engkau dahsyat Tuhan, Kau menyembuhkanku
dengan sempurna, aku terheran-heran ternyata Tuhan tidak membiarkanku terluka dan aku bersyukur bersukaria dan aku
mendapatkan damai sejahtera yang luar biasa dari Tuhan Yesus. Karena Tuhan
menyelamatkanku dengan luarbiasa-Nya.”
Akhirnya Herawati terbebaskan, ia telah menerima dan merasakan Kasih Tuhan Yesus, ia pun merasa puas dan hidup damai sejahtera didalam Tuhan Yesus. Wati kembali menjadi ibu dan istri yang bertanggung jawab kepada keluarganya. “Kalau dulu saya tidak pernah merasa puas, banyak saya pelajari ilmu-ilmu kesaktian untuk dapat dihargai oleh orang lain, tapi kalau sekarang saya belajar dari teladan Tuhan Yesus. Saya merasa saya berharga dihadapan Tuhan Yesus.”
Demikian firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab, Yesaya 43:4, "Oleh karena engkau berharga dimata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu."
Sumber : Herawati Simanjuntak